Monday, March 9, 2009

Perjalanan setelah nikah 2


Hampir sudah lebih tiga bulan aku bisa hidup di tempat dinas istriku, alhamdulillah walaupun aku belum punya kerjaan aku sudah bisa agak betah karena dipikir - pikir aku juga yang bisa betah tinggal di manapun.

Kegiatannku mulai dari membantu tetangga, belajar kebiasaan orang situ seperti mandi di sungai, mancing walaupun jarang dapat ikan, dan aku juga mencoba belajar melanting (mencari emas di atas rakit.

Penduduk setempat cukup kaget ternyata aku berani ikut mencari emas, dan mereka bilang kulit putih ikut mencari emas nanti hitam "kata mereka".
tapi memang sich karena sok jagoannya aku sewaktu di atas rakit aku ga pake baju alhasil punggung dan tangan bagian atasku hitam bahkan sampai mengelupas besoknya karena kemerah - merahan seperti terbakar.

Dari pertama tinggal di sana istriku sudah melarang untuk ikut mencari emas karena cukup beresiko, tapi lama kelamaan istriku mengizinkan untuk ikut belajar sekedar lihat lihat dulu.
Tapi aku langsung mencoba menyelam langsung walaupun tidak mudah aku bisa dikatakan langsung sedikit bisa.

Mencari emas di sungai sangir batang hari ini ada tiga jenis yaitu Mendompeng, melanting, dan menggarai. Mendompeng adalah menyedot bukit yang dekat sungai dan dari tanah tersebut nanti disaring diatas kotak yang ada welcome(tempat kesed kaki), dan nanti ada pasir hitam yang nanti didulang untuk dipisahkan emasnya, kemudian yang kedua yang kemarin aku lakukan adalah menyedot di tengah sungai dan hasil sedotannya sama seperti mendompeng dipisahkan pasirnya untuk diambil emasnya, dan kalau menggarai yang dilakukan dipinggir sungai dengan mengeruk tanah pasir hitam yang ada emasnya untuk didulang.

Pengalamanku selama melanting adalah begitu derasnya air sungai batang hari walaupun di jakarta aku termasuk pandai berenang ternyata cukup takut juga untuk main main dengan air di sini, melanting (mencari emas ) itu biasanya terdiri dari tiga orang, satu orang menyelam dua orang diatas ada yang membersihkan batu yang telah disedot dari dasar air karena yang diambil hanya pasir hitamnya saja, dan satu orang lagi biasanya jaga mesin dan nanti bergantian menyelam kira - kira satu jam sekali tapi aku nyoba ga sampai satu jam yang penting sudah bisa ke dalam menyelam denga bantuan oksigen dari konpressor yang dipasang dikacamata dan untuk memmulai menggunakan kacamat cukup susah karena aku belum pernah menggunakannya.

Melanting itu biasanya dimulai dari jam 8 pagi sampai dengan jam tiga sore, proses terakhir adalah membersihkan hasil sedotan membuang batu dan mengambil pasir hitamnya, dan di bawa dalam satu ember kecil untuk didulang emasnya.
Biasanya mereka dalam satu hari kurang lebih dapat satu emas, tapi kalau lagi sial suka kurang dari satu emas bahkan ada yang tidak mencuci.
Hasil mereka biasanya disimbal dalam kain sobekan (gombal) berbentuk pentolan kecil, dan dikumpulkan kalau sudah cukup banyak dijual ke toko emas (di Pulau punjung/ atau solok).
Cara pembagiaan hasilnya katanya hasil penjualan emas dikurangi biaya operasional mesin dan pekerja kemudian sisanya di bagi orang + mesin, jadi kalau orangnya tiga berarti dibagi empat dengan mesin.
Menurut pengakuan mereka paling sedikit dalam satu trip(penjualan emas) satu orang itu paling minim dapat Rp 1 000 000,- dan satu trip itu paling lama 10 hari sampai 14 hari dan kalau musim kemarau emas biasanya dapat banyak dan penghasilan bisa 2 juta dalam 10 hari.
Cukup menggiurkan kan, hehe,
Masyarakat disana menganjurkan kepada istri saya untuk membelikan mesinnya agar aku ga usah kerja katanya dan harga mesinnya komplete second itu kira kira 7 juta, kalau baru kira kira 13 juta. Mesinnya adalah Kompresor,Keong dan mesin, dengan bahan bakar solar semuanya dipasang dalam sebuah rakit.
Tapi aku masih mempertimbankannya untuk terjun seperti itu, dengan berbagai pertimbangan.

No comments: